Kudus, 6 September 2025, Tim Debat SMAN 1 Kudus yang diwakilkan oleh Raissa dan Alanis yang diselenggarakan di Universitas Muria Kudus (UMK) melalui English Student Association (ESA) kembali menggelar perlombaan debat berbahasa Inggris. Perlombaan ini menjadi ajang bergengsi bagi para Siswa-siswa yang ingin mengasah kemampuan berbicara, berpikir kritis, dan berargumentasi dalam bahasa Inggris yang aktif.

Pada umumnya, banyak lomba debat menggunakan sistem Asian Parliamentary (AP) dengan dua tim, yakni pemerintah dan oposisi, masing-masing berisi tiga pembicara. Namun, berbeda dengan lomba yang diadakan ESA UMK kali ini. Sistem yang digunakan adalah British Parliamentary (BP), yakni terdapat empat tim dalam satu pertandingan — dua tim pemerintah dan dua tim oposisi — dengan masing-masing tim terdiri dari dua pembicara. Sistem ini tentu menambah tantangan karena setiap tim harus lebih komunikatif dalam menyampaikan argumen.
Babak penyisihan dilaksanakan pada 6 September 2025 dengan diikuti 14 tim yang terbagi dalam empat match. Salah satu tim yang turut berpartisipasi adalah tim yang beranggotakan dua siswa, yakni Raissa dan rekannya, Alanis. Pada babak penyisihan, mereka ditempatkan di match kedua sebagai tim pemerintah. Berbekal persiapan intensif selama lima hari dengan enam mosi yang telah diberikan panitia, mereka berhasil menampilkan performa gemilang hingga lolos ke babak semifinal.
Berlanjut ke babak semifinal yang diadakan pada 9 September 2025, tim ini hanya memiliki waktu dua hari untuk mempersiapkan tiga mosi baru yang dibagikan panitia. Menariknya, pada tahap ini mereka mendapatkan posisi sebagai tim oposisi. Meski waktu persiapan terbatas, kerja sama yang solid dalam membedah mosi, menyusun argumen, serta bertukar pendapat membuahkan hasil yang memuaskan. Mereka berhasil mengamankan posisi untuk melaju ke babak final.
Final yang digelar di hari yang sama terasa lebih menegangkan. Dari total 14 tim yang ikut sejak awal, kini tersisa empat tim terbaik yang dikenal sudah berpengalaman dalam dunia debat. Perbedaan mencolok terjadi di babak pamungkas ini yakni mosi baru dibagikan 20 menit sebelum debat dimulai. Dengan sistem impromptu, para peserta tidak diperkenankan menggunakan telepon seluler atau media apapun, sehingga harus mengandalkan pengetahuan, pemahaman, dan logika masing-masing.
(JnD)
Pertandingan pun berlangsung sengit. Para peserta beradu argumen berdasarkan pemahaman dan analisis yang mereka miliki tanpa validasi langsung dari sumber data. Meski demikian, tim debat SMAN 1 Kudus yang diwakili oleh Raissa bersama Alanis mampu menampilkan performa terbaiknya. Alhamdulillah, kerja keras mereka terbayar dengan meraih gelar Juara 2 (Second Winner)
Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari usaha keras yang mereka lakukan sebelum perlombaan. Sejak awal, sebelum mosi dibagikan, mereka rutin berlatih dengan bimbingan pembina serta melakukan sparring bersama tim lain. Begitu mosi penyisihan dibagikan, keduanya langsung fokus membedah satu per satu mosi, menyusun argumen, serta mencari data pendukung yang relevan.
Perjuangan tersebut bukan tanpa kendala. Raissa mengakui bahwa ia harus mengorbankan waktu istirahat demi menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan persiapan lomba. Bahkan, sempat mengalami sakit karena kelelahan. Hal serupa juga dialami rekan setimnya Alanis, yang jatuh sakit saat semifinal karena keletihan. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk tampil maksimal.
“Menang itu sebenarnya hanya bonus. Yang terpenting adalah pengalaman yang kita rasakan dan pelajaran yang bisa kita ambil dari perlombaan ini,” ungkap Raissa. Ia juga menekankan pentingnya mengesampingkan rasa ragu serta terus memotivasi diri untuk memberikan yang terbaik.
Dari pengalaman ini, ia berpesan kepada Siswa lain agar tidak takut mencoba hal-hal baru. Menurutnya, mencoba lebih baik daripada tidak pernah merasakan sama sekali. Kegagalan di awal bukanlah akhir, melainkan bentuk evaluasi untuk memperbaiki diri di masa depan.
Selain itu, ia juga menekankan agar jangan takut untuk berbicara di depan umum. “Kalau belibet atau salah ngomong itu wajar, bahkan saya sampai sekarang pun masih begitu. Tapi hal itu bisa berkembang kalau terus diasah,” ujarnya.
Prestasi yang diraih tim debat SMAN 1 Kudus ini menjadi bukti nyata bahwa kerja keras, konsistensi, dan keberanian mencoba hal baru dapat membawa hasil yang membanggakan. Meski pertama kali mengikuti lomba debat dengan sistem BP, mereka mampu menembus final dan meraih posisi runner-up. Lebih dari sekadar gelar juara, pengalaman ini menjadi bekal berharga bagi perjalanan akademik dan pengembangan diri mereka ke depannya.